Jumat, 10 Oktober 2014

Kopi Ranting kering 10.10.2014

00.48
      Ah, dalam hening malam, telah diperbaharui kembali kopi hitamku, dan jariku kembali menari meski sebenarnya tak ada nada, tapi mungkin hanya mengiringi alunan getar hati yang entah kini berlabuh pada peri indah yang kini tengah terbaring rehat di kurang lebih 50 KM sana. Sebenarnya tak hening-hening amat, ada sedikit gemuruh hardware ini.
Kenapa jari ini tak henti menari liar, malahan meminta bimbingan arah kepada pikiran kosongku ini untuk lagi dan lagi menjadi liar, kuusahakan pikiranku menjinakannya dan seketika itu pun tarian jariku menyusup dalam paras bidadariku dalam album. Dan kupampangkan saja tariannya begini :

Dalam cinta yang kita reguk bersamaan
Dalam hangat yangkita dekap berduaan
Dalam atmosfer rindu yang selalu kita perbaharui peredarannya,
Aku selau menjadi engkau dalam jiwa yang terbasuhkan hasrat
Dan kau pun selalu menjadi aku dalam beningnya kasih
Inilah kasih yang sampai, bukan begitu sayang?
Bolehkah aku sekejap memejamkan mata ini agar supaya esok tak terganggu rindu kita
Oleh dengkuran lelah ?

Aku mencintaimu.... engkau yang sedang mengandung putraku....

0 komentar:

Posting Komentar